Hebatnya
Kedua Ibuku
Dear Mama,
Dan mama kedua ku.. Yaitu
ibu dari suamiku.
Belajar menjadi dewasa
dan memutuskan menikah tidaklah mudah bagiku. Ada dua keluarga yang harus aku
perhatikan sejak terjadinya ijab qabul.
....
Teruntuk mama
kandungku, yang secara biologis telah membawaku terlahir ke dunia ini.. yang
sejak dalam kandungan sudah sangat menyayangiku, dan hanya yakin kepada Allah
SWT bahwa aku akan menjadi anak yang sholehah dan berbakti kepadamu.
Jika diibaratkan dengan
segayung air hal-hal yang ku lakukan dan membuatmu sakit hati, mungkin sudah
puluhan ribu gayung yang terbuang sia-sia. Tidak bermaksud untuk menyakitimu,
Mama.. Tapi karena aku sedang mempertanyakan jati diriku, apa yang dapat aku
ekspresikan di masa muda ini, dan apa yang seharusnya tidak aku ekspresikan.
Maafkan aku ya, Mah..
Mungkin mama pernah terpikir untuk menyalahkan Tuhan kenapa doa mama tidak
terjawab. Meskipun begitu, yakin lah mah, aku tidak akan diam diri jika ada
seseorang yang melukai mama di belakang, aku pun akan merasa terluka. Tersenyum
ya, Mah..
Aku bersyukur sekali
kepada Allah SWT bahwa mama yang menjadi panutan aku dari kecil. Dan aku
percaya kasih ibu memang sepanjang masa, apapun yang terjadi dengan buah
hatinya.
Yang akan selalu aku
ingat dari kebiasaan Mama yaitu soal makanan dan minuman. Mama selalu
memasukkan sedikit garam, kecap, gula ke dalam masakan olahan mama. Jadi ketika
sedang makan di restoran, kita sekeluarga merasa makanan restoran tersebut
sangat asin. Begitu juga dalam memilih minuman, dari kecil aku selalu
dipesankan minuman yang hangat, bukan es/dingin. Jadi terbawalah sampai aku
besar sekarang jika memesan minuman lebih suka yang hangat, walaupun terkadang
aku juga suka pesan yang dingin. Kebiasaan ini lah yang terus aku lakukan
sampai sekarang. Diet garam dan gula. Alhasil berat badanku masih di angka 45
kg di usia 25 tahun. Hehe.
Terima kasih, Mama..
untuk selalu stand by dan
memperhatikan aku selama di rumah. Perhatian itu lah yang akan menjadi
kekuatanku untuk selalu menyayangi dan melindungimu, Mah.. *tears*
Sampai aku menikah pun,
mama masih perhatian untuk mengingatkan ini-itu pernikahanku yang belum tuntas.
Pertama kalinya melepaskan anak perempuannya kepada laki-laki yang baru
dikenalnya selama tiga tahun pasti membuat mama khawatir. Tapi tidak apa-apa,
yang penting kewajiban mama menjagaku sudah selesai, dan itu pasti meringankan
hati mama juga.
Tapi setelah menikah
pun, bukan berarti komunikasi dengan mama juga selesai. Seringnya, mama yang
duluan menghubungiku via chat
BBM/Whatsapp. Hehe. Tapi entah kenapa ya memang tidak bisa untuk aku mengatakan
“Mah, aku kangen sama mama..” lewat chat sekalipun. Padahal kalau sama pacar
pasti berkali-kali kita ucapkan J Disamping komunikasi lewat chat,
aku juga masih berkunjung dan menginap di rumah mama setiap minggunya.
Pokoknya, sekarang ini aku jadi lebih mengerti kasih sayang yang dulu sampai
sekarang mama berikan hanyalah untuk kebaikan aku di masa ini dan masa depan.
Teruntuk mama keduaku
yang secara biologis telah melahirkan seorang anak yang kini menjadi suamiku..
Terima kasih telah diizinkan untuk (insha Allah) menemani disisa usia anak
laki-laki mama satu-satunya.
Tiada kata yang dapat
menggambarkan betapa aku juga menyayangi mama keduaku. Di rumah, mama selalu
memberikan pesan-pesan moral yang sangat mendidik kepadaku, bagaimana cara kita
bersikap kepada orang lain dalam berbagai kondisi, bagaimana cara kita melihat
keadaan dan mengambil keputusan, bagaimana dunia di luar sana penuh perjuangan
orang-orang demi kemakmurannya masing-masing. Mama mengajari bagaimana
seharusnya kita bersikap dengan dunia luar.
Mama juga selalu
mengingatkan bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa kuasa dan campur tangan Allah
SWT. Maka haruslah kita selalu bersyukur, sholat dan berdo’a untuk mendapatkan ridha
Allah SWT di setiap kegiatan kita.
Kedua mamaku memang
hebat-hebat. *tears*
Alhamdulillah..
Mengkin sampai kapan
pun tidak akan pernah bisa aku membalas jasa-jasa mereka berdua.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti
Writing Project #DearMama yang diselenggarakanNulisbuku.com dan Storial.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar